Rabu, 26 November 2014

Sepenggal Cinta Untuk Ayah

: Ayah


Apa kabarmu yah? Semoga engkau baik-baik saja. Oh ya, bukan ketidaksengajaan yang mendasariku menulis surat ini. Toh memang sudah sejak jauh hari kupersiapkan, karena memang hanya ini  yang bisa kuhadiahkan.

Ayah..

Ketika menuliskan surat ini, aku tahu engkau tengah tertidur pulas disana, sebab ragamu pun tak mampu melawan usia. Tetapi ketahuilah, kau tak akan menua dalam ingatanku. Kau slalu ada. Kau tetap sosok yang kubanggakan..

Ayah..

Aku hanya rindu, tapi malu. Sebab seiring berjalannya waktu aku tumbuh dewasa, yang itu artinya mau tak mau memangkas kedekatan kita. Memang,  kita jarang bertukar cerita, tapi aku tahu, di dalam hatimu, kau tetap mendoakanku seperti biasa, dan seperti kau tahu, aku tetap membanggakanmu tanpa jeda.

Tapi jauh di pucuk-pucuk ingatanku, aku rindu kau dongengkan. Aku rindu ketika kau ajak aku berjalan-jalan menyusuri pinggiran desa , Menikmati segarnya udara sehabis subuh, menyaksikan sisa-sisa purnama yg kian surup. kau gandeng tanganku, sembari menyanyikan sebuah lagu, ya, sebuah lagu yg sampai saat ini masih saja slalu terngiang nadanya di telingaku. pengakuan bangga meluncur dari bibirmu pada orang-orang. Tapi sudahlah, itu sebuah kisah kecil dari berjuta kisah yg ada antara kita.

Terakhir namun terpenting, tetap sayangi ibu seperti biasa sampai kapanpun, setegas sumpah yang kau ucap di hari pernikahanmu. Itu saja.

Cuma ini dan sebaris doa yang mampu kuberikan. Maaf jika aku belum mampu menjadi lelaki seutuhnya seperti yang kau harapkan. Beri aku sedikit kepercayaan, dan aku akan berjuang.


Anakmu,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar