Rabu, 26 November 2014

Hal-Hal yang Tak Mampu Mulutku Jawab...

Suatu hari kamu pernah bertanya padaku:"mas, bagaimana laku kita nanti,jika kita sudah tak saling cinta lagi?""mas, bagaimana nasib cinta nanti,jika kepedulian satu sama lain sudah mati rasa?""mas, bagaimana nasib doa- doa nanti,jika cemas tak lagi mau membahasakan kita?""mas, bagaimana nasib kata-kata nanti,jika mereka tak lagi menguntaikan indah kita?""mas, bagaimana nasib sepasang mata nanti,jika yang mereka lihat, hanya bayang hitam semata?""mas, bagaimana nasib keningku nanti,jika bibirmu tak rutin menciuminya lagi?""mas, bagaimana nasib rambutku nanti,jika jemarimu tak membelainya lagi?""mas, bagaimana nasib kepalaku nanti,jika bahumu tak jadi pondok tepi lautnya lagi?""mas, bagaimana nasib ingatanku nanti,jika senyumanmu enggan bertamu lagi?""mas, bagaimana nasib orang tuaku nanti,jika tahu anak gadisnya rutin mengurung diri?""mas, bagaimana nasib lampu-lampu kota nanti,jika terangnya tak menyatakan bayang-bayang kita lagi?""mas, bagaimana nasib baju-bajuku nanti,jika wangi tubuhmu tak bersemayam di sana lagi?""mas, bagaimana nasib puisi-puisi kita nanti,jika jantungnya direnggut oleh tangan-tangan sepi?""mas, bagaimana nasib langit biru nanti,saat engkau tak terbang tinggi di sana lagi?""mas, bagaimana nasib masa depanku nanti,saat kamu, potongan mimpiku, abai dan pergi?" "mas, bagaimana nasib bagaimana nanti,jika aku terlalu lelah, untuk mempertanyakanmu lagi?" —Dik, kata-kataku kehilangan tajinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar