"Tenang saja kekasihku,
toh bumi ini masih bulat.
Semakin aku menjauh darimu
semakin dekat aku padamu."
Kelewat nekat, ia cari hikmat.
Hanya berbekal sepotong roti
dan sebotol jernih airmata kekasihnya.
Isak tangis jadi ngiang di kepalanya.
"Selagi kuat tulangmu, jadilah petualangku.
Daki lah gunung hingga puncaknya larung,
agar nantinya leluasa melihat dunia kita.
Atau cukup selami diri di musim semi,
agar bisa perlihatkan luas dunia milikmu!"
Ataukah memang harus aku lepas saja
penjelajahan yang makan waktu berhari-hari
untuk kembali menjalani gaya hidup
serba nikmat sebelum mengenal kau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar